Tim sepakbola Indonesia pernah punya seorang penjaga gawang yang disebut-sebut terbaik di kawasan Asia. Bersama Yudo Hadianto, Tim Merah Putih disegani pada era 1960 sampai 1970-an. Kendati kini hanya bisa melihat Piala Dunia 2006 dari layar kaca, semangat Yudo untuk kemajuan sepakbola Tanah Air tak lekang. Di usia senjanya, dia masih aktif melatih di Sekolah Sepak Bola Soetjipto Soentoro yang didirikannya bersama Bisma, anak almarhum pemain bola Soetjipto Soentoro.
Dibesarkan dalam keluarga yang gemar sepakbola, Yudo kecil tertarik pada olahraga populer ini sejak belia. Sampai pada akhirnya, Endang Witarsa yang saat itu melatih tim nasional tertarik melihat permainannya dan mengajak Yudo hijrah ke Jakarta. Padahal saat itu Yudo masih duduk di bangku sekolah menengah atas.Selama beberapa bulan, Yudo harus puas duduk sebagai kiper cadangan di kesebelasan UMS. Namun kejelian Yudo mengantisipasi pergerakan bola dan ketenangannya di lapangan hijau membuat dia terpilih sebagai kiper utama. Akhirnya, pada 1961 Yudo ditarik ke tim nasional. Saat itu umurnya baru menginjak 20 tahun. "Akhirnya Tony Pogaknik menarik saya menjadi pemain timnas," kata pria kelahiran Solo, Jawa Tengah, 19 September 1941.
Saat Yudo bertugas di bawah mistar gawang Merah Putih, timnas disegani lawan. Sejumlah kesebelasan asing yang datang ke Indonesia merasakan kokohnya benteng terakhir kesebelasan Indonesia. Di antaranya adalah Dynamo Moskwa yang hanya menang 1-0 saat bertandang ke Senayan. Tapi kenangan terindah bagi Yudo adalah saat menjajal kemampuan tim Rusia yang diperkuat kiper legendaris Lev Yashin.
Seiring usia, kemampuan kiper bertubuh jangkung-kurus itu memudar hingga akhirnya pensiun dan bekerja di Pertamina atas jasa almarhum Sjarnoebi Said. Tetapi kecintaan suami Veronica Tarek da Costa kepada sepakbola tak luntur begitu saja. Termasuk dengan keprihatinannya dengan kondisi sepakbola Indonesia yang terpuruk. Menurut dia, kurangnya kedisiplinan dalam pembinaan pemain menjadi salah satu penyebab Indonesia tak lagi bisa unjuk gigi. Jangankan di tingkat dunia seperti Piala Dunia 2006, untuk tingkat Asia Tenggara saja Indonesia keteteran. Tetapi dia yakin, suatu hari nanti Indonesia mampu berlaga di kancah internasional. Semoga.
Sumber : liputan6.com
Mounting Partisi NTFS dengan Write Mode di FreeBSD
10 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar